Raja Umberto I |
Syahdan, Raja Umberto I serta adiknya, Jenderal
Emilio Ponzio-Vaglia pada malam 18 Juli 1900 tengah duduk di sebuah meja
restoran kecil di Monza, Italia. Keduanya baru tiba dari Roma dan hendak
peliseran di kota tersebut yang letaknya cuma beberapa kilometer dari kota
Milan. Keesokan
hari, Raja Umberto dijadwalkan untuk menyampaikan penghargaan dalam satu
pertemuan para atlet.
Hemat
cerita, pemilik restoran menghampiri keduanya dan berkata, ”Ini makanannya
tuanku.” Raja Umberto menoleh padanya. Spontan, keduanya terdiam sebab wajah
mereka mirip—bahkan ukuran tingga badan, bentuk tubuh serta rambut.
Agak cengang, Raja Umberto mengajak pria tersebut duduk di sisinya. Percakapan dimulai. Dan Raja Umberto kembali terkaget-kaget, pasalnya sang pemilik restoran itu ternyata memiliki nama yang persis, yaitu Umberto dan lahir pada 14 Maret 1844 di Turin, hari dan tempat yang sama seperti Raja Umberto I dilahirkan. Tidak hanya itu, keduanya pun pernah bergabung di tentara Italia. Yang lebih mengejutkan adalah bahwa keduanya beristri dengan nama yang lagi-lagi, sama, yaitu Margherita—permaisuri Raja Umberto I adalah Margherita Maria Teresa Giovanna—dan anak laki-aki yang bernama Vittorio. Malah, pria pemilik restoran yang bernama Umberto ini membuka restorannya pada saat Raja Umberto I menjadi Raja Italia.
”Oh... kebetulan-kebetulan ini memang menakjubkan. Tapi kenapa baru sekarang kita bertemu,” kata Raja Umberto, lalu disambut tawa kencang sang pria pemilik restoran.
Dalam percakapan selanjutnya, keduanya menyadari meski tidak pernah bertemu dan mengenal satu sama lain, mereka pernah bersama-sama menghadiri dua acara hiburan: kali pertama pada 1866, dalam satu upacara pemberian Medali Keberanian. Saat itu Raja Umberto I berpangkat kolonel, sementara pemilik restoran berpangkat prebet. Yang kedua pada 1877, keduanya menghadiri upacara kenaikan pangkat, Raja Umberto I jadi panglima sementara pria tadi sebagai sersan.
Usai bercakap-cakap, pemilik restoran pun kembali ke tempatnya. Raja Umberto I hanya menggeleng-geleng kepala, seakan-akan masih tidak memercayai ihwal yang sedang dia alami itu.
Dalam kisah Umberto, dia berhasil membuat sang raja terkesan; kekentalan semangat serta pengalamannya dalam militer membuat Raja Umberto I menyatakan keinginannya untuk menunjuk Umberto, si pemilik restoran, untuk menjadi pejabat tinggi di bagian tentara Italia.
”Pastikan dia datang di acara besok,” kata sang raja pada adiknya.
Jenderal Vaglia, seperti yang dititahkan oleh Raja Umberto I, segera menelepon restoran Umberto keesokan harinya. Tapi tidak disangka, seorang karyawannya memberitahu bahwa Umberto telah tiada; Umberto tewas akibat ditembak. Kaget atas pemberitaan meninggalnya Umberto si pemilik restoran, Raja Umberto I segera memerintahkan Jenderal Vaglia untuk mendapatkan informasi di mana makam dan kapan pemakaman pria tersebut dilangsungkan.
”Saya pasti datang,” ujar Raja Umberto I, haru.
Namun, kehendak sang raja untuk menemui makam Umberto tidak terlaksana sebab sore itu dia tewas ditembak oleh seorang anarki, Gaetano Bresci. Kedua ”Umberto” ini tewas di hari yang sama. Bresci melayangkan tiga tembakan. Kronologi singkatnya: tembakan pertama meleset, lalu dua peluru kemudian berhasil menubruk tubuh Raja Umberto I—salah satunya menembus jantung.
Agak cengang, Raja Umberto mengajak pria tersebut duduk di sisinya. Percakapan dimulai. Dan Raja Umberto kembali terkaget-kaget, pasalnya sang pemilik restoran itu ternyata memiliki nama yang persis, yaitu Umberto dan lahir pada 14 Maret 1844 di Turin, hari dan tempat yang sama seperti Raja Umberto I dilahirkan. Tidak hanya itu, keduanya pun pernah bergabung di tentara Italia. Yang lebih mengejutkan adalah bahwa keduanya beristri dengan nama yang lagi-lagi, sama, yaitu Margherita—permaisuri Raja Umberto I adalah Margherita Maria Teresa Giovanna—dan anak laki-aki yang bernama Vittorio. Malah, pria pemilik restoran yang bernama Umberto ini membuka restorannya pada saat Raja Umberto I menjadi Raja Italia.
”Oh... kebetulan-kebetulan ini memang menakjubkan. Tapi kenapa baru sekarang kita bertemu,” kata Raja Umberto, lalu disambut tawa kencang sang pria pemilik restoran.
Dalam percakapan selanjutnya, keduanya menyadari meski tidak pernah bertemu dan mengenal satu sama lain, mereka pernah bersama-sama menghadiri dua acara hiburan: kali pertama pada 1866, dalam satu upacara pemberian Medali Keberanian. Saat itu Raja Umberto I berpangkat kolonel, sementara pemilik restoran berpangkat prebet. Yang kedua pada 1877, keduanya menghadiri upacara kenaikan pangkat, Raja Umberto I jadi panglima sementara pria tadi sebagai sersan.
Usai bercakap-cakap, pemilik restoran pun kembali ke tempatnya. Raja Umberto I hanya menggeleng-geleng kepala, seakan-akan masih tidak memercayai ihwal yang sedang dia alami itu.
Dalam kisah Umberto, dia berhasil membuat sang raja terkesan; kekentalan semangat serta pengalamannya dalam militer membuat Raja Umberto I menyatakan keinginannya untuk menunjuk Umberto, si pemilik restoran, untuk menjadi pejabat tinggi di bagian tentara Italia.
”Pastikan dia datang di acara besok,” kata sang raja pada adiknya.
Jenderal Vaglia, seperti yang dititahkan oleh Raja Umberto I, segera menelepon restoran Umberto keesokan harinya. Tapi tidak disangka, seorang karyawannya memberitahu bahwa Umberto telah tiada; Umberto tewas akibat ditembak. Kaget atas pemberitaan meninggalnya Umberto si pemilik restoran, Raja Umberto I segera memerintahkan Jenderal Vaglia untuk mendapatkan informasi di mana makam dan kapan pemakaman pria tersebut dilangsungkan.
”Saya pasti datang,” ujar Raja Umberto I, haru.
Namun, kehendak sang raja untuk menemui makam Umberto tidak terlaksana sebab sore itu dia tewas ditembak oleh seorang anarki, Gaetano Bresci. Kedua ”Umberto” ini tewas di hari yang sama. Bresci melayangkan tiga tembakan. Kronologi singkatnya: tembakan pertama meleset, lalu dua peluru kemudian berhasil menubruk tubuh Raja Umberto I—salah satunya menembus jantung.
Misteri apa yang sebenarnya terjadi kepada dua ”Umberto”
ini?
© rrk
0 komentar:
Posting Komentar