Pembudidayaan jamur tiram seringkali mengalami kegagalan bagi pemula karena teknik dan cara budidaya yang
kurang pas walau secara teknis sedikit saja yang kurang atau justru berlebihan. Jadi, di sini dicoba untuk sedikit mengulas tentang cara budidaya jamur tiram.
Meski gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti
lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor
tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal
bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan.
Jamur tiram
putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini
memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi
dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai
dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha
benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun
pengendalian hama tanaman.
Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum
melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah
tersedia, di antaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan
peralatan budidaya. Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit
bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat.
Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita
bisa memanfaatkan peralatan dapur.
Untuk
mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat
dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan
menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam
usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan
hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat
jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi
dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga
saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di
dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan
pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai
media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi
bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu
jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur
tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang
dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media
tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk
mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian
kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya serbuk kayu harus dikompos
terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara
menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan
berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif
bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam
ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun,
berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik
untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa
dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori
untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya
pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah
lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya
jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan
dedak maupun tepung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena
kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap
lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai
sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam
yang dikeluarkan miselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi
rendah.
Wadah yang
digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan
panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk
gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5
kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan
sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan
sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum
dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi
tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga mengurangi
kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering.
Kedua bahan tersebut kemudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga
adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi
oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko
kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik,
media harus benar-benar padat agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi
pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara
menekan-nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantung
dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantung plastik ditutup dengan sumbat
kapas dan diikat dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi
baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau
pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti
penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas
besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak
atau dapat juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum
memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat
biaya.
Setelah
proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan
alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah
proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu
penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan
proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini
karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat
untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan
dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk
menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api
lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya
menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam
budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan
kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih
kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam
kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi
penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa
membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu,
atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan
mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang
sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin
sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai
jamur kekurangan udara segar.
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Selain
pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan
untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang
jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat
budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat
berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat
merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga
faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa
pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta
lingkungan yang tidak bersih.
Hama ulat
muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering
dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi
hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang
sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman kumbung dihentikan.
Pangkal
jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil
seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat.
Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak
muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini
menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah
dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang
tidak terpanen.
Ulat bisa
saja muncul karena rumah kumbung atau sekitar kumbung tidak bersih. Misalnya
adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk
mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung
dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara
mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan
menyiramnya dengan minyak tanah. Bisa juga membersihkan hama tersebut dengan
penyemprotan insektisida, cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk
menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk
jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga
dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama
perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket sering dijumpai
di sisi mulut baglog. Untuk mengendalikannya bisa dilakukan dengan cara mekanis,
yaitu mengambilnya menggunakan tangan.
TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN
Jamur lain
yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium
sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur
tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna
hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium
tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak
tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan
peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan
kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan
peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya.
Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini
dapat menyerang baglog yang sudah dibuka atau masih tertutup. Jika baglog sudah
terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari
kumbung kemudian dibakar.
TANGKAI MEMANJANG
Penyakit ini
merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang
dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai
memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang
sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan
ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
PANEN DAN PASCA PANEN
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen
harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram
termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen
jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau
setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh
buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula
dengan meruncingnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen
adalah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar
penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya
keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan
yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil
akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut
beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik:
1. Penyortiran
Jamur yang
telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh
buahnya dipisahkan dari pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini penting
untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan
pestisida, biasanya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan
masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah
diyakini kebersihannya, proses sortir dilakukan untuk mengelompokkan jamur
tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen ketika dipasarkan.
2. Pengemasan dan Transportasi Hasil
Panen Jamur Tiram
Pengemasan
jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit
udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan.
Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat
mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar
jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi
dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
0 komentar:
Posting Komentar