Cephalopoda: Imajinasi atau Kenyataan?
Dua per tiga permukaan bumi, sebagaimana
yang diketahui secara luas, ditutupi oleh air. Banyak rumor tentang terjadinya
suatu ”penguapan besar” di masa yang akan datang. Sehingga kelak, jika itu
benar-benar terjadi maka bumi akan menampakkan seluruh isinya tanpa alat bantu
apa pun karena semua orang dapat menyaksikan langsung. Namun demikian, hal ini
masih jadi pertanyaan tersendiri: apakah ada penelitian serius atau sekadar
keyakinan suatu kelompok. Meski begitu, bumi serta isinya selalu menarik untuk
dipelajari—terlebih hal-hal baru, dalam artian ”baru ditemukan”.
Banyak keragaman unik yang bumi simpan.
Hidup atau pun mati. Makhluk mau pun benda. Di Kanada misalnya, telah ditemukan
cumi-cumi sepanjang 15 meter. Butuh satu trailer untuk memindahkan moluska
raksasa itu ke laboraturium penelitian. Awalnya para ahli menduga jika
cumi-cumi tersebut adalah makhluk laut yang sering disebut sebagai Cephalopoda
oleh pelaut leluhur. Tapi berhubung cumi-cumi ini ditemukan dalam keadaan mati,
para ahli tidak berani memastikannya.
Sebelumnya, telah dilakukan ekspedisi
khusus untuk mencari Cephalopoda hidup. Jutaan dollar digelontorkan, dan
hasilnya nihil. Pencarian ini bukan tanpa alasan, Cephalopoda diyakini
keberadaannya oleh masyarakat luas; sebuah makhluk besar di lautan yang kerap
dianggap cumi-cumi raksasa.
1955, John Squires, seorang pelaut,
dalam kesaksiannya di sebuah suratkabar lokal, menceritakan bagaimana kapalnya
menabrak benda besar. Saat itu Squires dan
awak kapal lain sedang berlayar, di tengah perjalanan pengait besi kapal terasa
menyentuh sebuah benda yang mereka duga adalah ”ubur-ubur”, namun benda
tersebut berbeda pada ubur-ubur umumnya: ukurannya begitu besar. Squires
ketakutan. Dia terjerembab di lantai dek, wajahnya pucat. Tidak lama kemudian,
dua anggota lain menolongnya di kabin dan akhirnya mereka sampai ke dermaga. Di
hari selanjutnya, merasa trauma, Squires berhenti berlayar.
Apakah Cephalopoda benar-benar
ada – akan selalu jadi pertanyaan. Namun menurut data, konon Cephalopoda
Raksasa berhabitat di kedalaman laut sekisar 2.000 KM.
Di Amerika, sebuah museum
menyimpan mata ”Cephalopoda” yang diameternya sebesar bola basket. Dan beberapa
tahun belakangan seorang peneliti asal Jepang, melakukan eksperimen di Teluk
Suruga – tidak jauh dari Mariana Trench – teluk terdalam di samudera seluruh
dunia. Di Teluk Suruga para tim peneliti mulai meletakkan kontainer yang telah
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi seperti umpan dengan rangsangan bau
khusus, umpan diletakkan di dasar teluk, sementara kamera juga disiapkan dan
ditempel pada bagian dinding kontainer. Selanjutnya mereka menanti perihal apa
yang terjadi dengan umpan tersebut dari layar monitor.
Seiring waktu, segerombolan hiu
mendekat. Hiu-hiu ini bergerak gesit ke segala arah, sementara sebuah ”benda
raksasa” lain tertangkap kamera. Para peneliti, menurut sumber, ”tak mampu
berkata apa-apa”. Beberapa saat kemudian, Sang Goliath Laut yang panjangnya
mereka terka sekisar 60-an meter itu merambat pergi.
Meski secuplik cerita di atas
tampak meyakinkan, tapi hingga saat ini belum ada verifikasi orisinil dari
pihak mana pun. Para peneliti sendiri meyakini bahwa Benda Raksasa tadi adalah
hiu tidur – seperti kisah Yunus. Tapi sekali lagi, belum ada pihak yang
memberikan lisensi apa pun pada mereka.
1964, hiu sepanjang 26 meter
terdampar di pesisir pantai Indonesia. Tapi menurut keyakinan masyarakat setempat,
hiu tersebut bukanlah Benda Raksasa yang sebagaimana digambarkan oleh leluhur.
Di Skotlandia, Danau Loch – sebuah tempat yang diyakini warga Nessy sebagai rumah para monster laut – banyak laporan
dari penduduk tentang Cephalopoda. Hampir di setiap tahun pelbagai media memberitakan
sekaligus melampirkan ”bukti-bukti” dari banyak saksi mata.
1966, seorang pilot Royal Air Force,
membeberkan pada awak media tentang keberadaan Cephalopoda yang menurutnya
benar-benar ada. Kejadian tepat di Danau Loch, pilot tersebut merekam sebuah
benda raksasa yang tengah menyeberang di danau. Lantas hasil rekaman ditelaah
ulang oleh pakar, dan mereka mengatakan bahwa benda yang terekam adalah makhluk
hidup, presiosaurus hidup. Hal ini menuai pro-kontra; sebagian membenarkan dan
sebagian lain menyebutnya sekadar bongkahan kayu yang menggenang di danau serta
mengatakan jika para pakar hanya membual.
Hmm... percayakah Anda? Filter
the truth. :))
© rrk
0 komentar:
Posting Komentar